Senin, 31 Maret 2014

Pakaian Adat Sumatera Utara

Propinsi Sumatera Utara yang beribukota di Medan didominasi oleh suku Batak, Nias serta etnis melayu sebagai penduduk asli wilayah Sumatera Utara. Berbagai etnis yang mendiami pulau sumatera ini memiliki kebudayaan yang unik seperti adat istiadat, tarian daerah, makanan khas, dan tidak terkecuali pakaian adat tradisional yang lebih dikenal dengan nama Ulos. Ulos merupakan kain tenun khas Batak berbentuk selendang yang berasal dari propinsi Sumatera Utara. Bagi masyarakat suku karo pakaian adat ulos dianggap sebagai jimat yang mempunyai daya magis tertentu. Secara harfiah ulos dapat diartikan sebagai selimut yang menghangatkan dan melindungi tubuh dari terpaan udara dingin.

Pakaian Adat Sumatera Utara

Pakaian Adat Sumatera Utara
Sumber : http://batak-people.blogspot.com/

Pakaian Adat Sumatera Utara
Sumber : http://budaya-indonesia.org/

Mulanya nenek moyang suku Batak yang memiliki kebiasaan tinggal dan berladang di kawasan pegunungan mengandalkan sinar matahari dan api sebagai tameng untuk menghalau rasa dingin. Namun lambat laun mereka menyadari bahwa matahari tidak dapat diperintah untuk menuruti kehendak manusia. Ditambah lagi cuaca yang tidak bersahabat serta udara malam yang begitu dingin nenek moyang mereka berpikir keras mencari cara lain yang lebih praktis sebagai alternatif untuk menggantikan api yang dirasa terlalu beresiko saat malam hari. Maka lahirlah kain ulos sebagai budaya asli suku Batak yang dianggap paling nyaman dan akrab dengan kehidupan sehari-hari.

Pakaian Adat Sumatera Utara

Pakaian Adat Sumatera Utara
Sumber : http://id.wikipedia.org/

Pakaian Adat Sumatera Utara
Sumber : http://fadhilplano07.blogspot.com/

Sesuai dengan pepatah Batak yang berbunyi “Ijuk pangihot ni hodong, Ulos pangihot ni holong” yang artinya jika ijuk adalah pengikat pelepah pada batangnya maka ulos adalah pengikat kasih sayang antara sesama. Dengan demikian kain ulos dijadikan simbol restu, kasih sayang dan persatuan. Ulos dapat dikenakan dalam berbagai bentuk mulai dari selendang, sebagai kain penutup kepala, bagian bawah, bagian atas, penutup punggung.

Pakaian Adat Sumatera Utara

Pakaian Adat Sumatera Utara
Sumber : http://indonesia-liek.blogspot.com

Pakaian Adat Sumatera Utara

Dalam masyarakat Batak Simalungun, Ulos yang dikenal dengan nama hiou digunakan untuk penutup badan bagian bawah bagi wanita disebut ragipanei, sementara ulos yang digunakan sebagai pakaian sehari-hari disebut jabit. Penutup kepala wanita disebut suri-suri, sedangkan penutup kepala lelaki disebut Gotong. Pada pakaian pengantin Simalungun ulos digunakan untuk melambangkan kekerabatan yang biasa disebut dengan dalihan natolu atau tolu sahundulan. Pakaian ini terdiri dari tutup kepala (ikat kepala), tutup dada (pakaian) dan tutup bagian bawah (sarung).

Pakaian Adat Sumatera Utara

Pakaian Adat Sumatera Utara
Sumber : http://www.azamku.com/

Ulos penutup kepala pada masyarakat Batak Toba dikenal dengan sebutan Sorotali.  Sortali merupakan ikat kepala yang fungsinya seperti mahkota dan umumnya terbuat dari bahan tembaga yang disepuh dengan emas, lalu dibungkus dengan kain merah. Sortali ini biasanya digunakan pada pesta-pesta besar oleh kaum laki-laki maupun perempuan. Akan tetapi seperti halnya ulos penggunaan sortali memiliki aturan sendiri dan tidak boleh dikenakan secara sembarangan.

Pakaian Adat Sumatera Utara

Pakaian Adat Sumatera Utara
Sumber : http://www.ngunduhmantu.com/

Menurut orang Batak Karo, Ulos atau Uis lebih dari sekedar kain sandang, melainkan benda bertuah yang mampu memberikan perlindungan bagi pemakainya. Seiring perkembangan zaman, saat ini kain ulos sudah berakulturasi dengan berbagai jenis sandang modern, seperti kemeja dan jas.

Rabu, 26 Maret 2014

Tari Tradisional Sumatera Utara

TARI NIAS (BALUSE BA TOHO)
Dalam tarian Tradisional Nias, Ono Niha menggunakan BALUSE BA TOHO sebagai peralatan tarian perang. BALUSE berasal dari bahasa Nias (Li Niha) yang artinya adalah PERISAI; TOHO berarti TOMBAK.
BALUSE BA TOHO (Perisai dan Tombak) yang digunakan dalam tarian perang adalah yang terbuat dari ukiran batang kayu yang sudah diukir sedemikian rupa yang memberikan ciri khas tersendiri.
Dalam Tarian Perang, BALUSE BA TOHO digunakan bersamaan oleh penari yang khususnya adalah kaum adam/ para Pria. Ketika tarian diberlangsungkan, BALUSE BA TOHO ini akan dipertunjukkan layaknya sedang berada di medan tempur dimana penari akan menunjukkan ketangkasannya sebagai pembela yang gagah dan berani. Historically, BALUSE BA TOHO ini dipergunakan oleh Ono Niha sebagai alat Perang. TOHO/ TOMBAK digunakan untuk melakukan aksi penyerangan terhadap musuh/lawan, sedangkan BALUSE/PERISAI dipergunakan untuk menahan serangan dari arah lawan/musuh. Alat lain yang seiring penggunaannya adalah BELEWAGARI.BELEWAGARI adalah bahasa Nias (Nias Selatan- South Nias), yang berarti Parang yang panjang dan sangat tajam yang sarungnya dibuat dari ukiran kayu untuk mencirikhaskan tradisi ONO NIHA (Masyarakat NIAS).
 
 
TORTOR KARO
Tari Ndurung
Zaman dahulu kala, di dataran tinggi Karo Prop. Sumut. tinggalah seorang raja dengan istrinya beserta putri mereka yang sangat cantik. Pada suatu hari, putri raja sakit. Maka ratu menanyakan putrinya apa yang diinginkannya supaya dia cepat sembuh, kemudian putri raja tersebut mengatakan bahwa dia menginginkan seekor ikan dari perkebunan padi dan buah palma. Setelah itu raja memerintahkan rakyat supaya mencari apa yang diinginkan putrinya. Tarian ini menggambarkan bagaimana masyarakat Karo melakukan kegiatan mereka sehari-hari seperti bekerja di perkebunan padi, di lapangan dan mengambil buah palma dari hutan.

Tari Ndikkar
Ndikkar adalah bentuk pertahanan diri tradisional Karo atau Pencak Silat yang tumbuh dan berkembang bersama-sama dengan kebudayaan masyarakat Karo. Ndikkar memiliki ciri-ciri : gerakan yang sangat lambat dan lembut tetapi di saat-saat tertentu gerakan tarian ini akan terlihat keras dan cepat. Khususnya masyarakat Karo, mereka mempelajari Pencak Silat hanya untuk pertahanan diri sendiri, tetapi sekarang tarian Ndikkar sebagian besar telah menjadi tarian kebudayaan.


Tari Baka
Print
Zaman dahulu kala, masyarakat di dataran tinggi Karo masih mengandalkan orang pintar atau paranormal. Hampir semua masalah yang ada disampaikan kepada orang pintar atau paranormal. Khususnya untuk masalah penyakit, masyarakat akan membawanya kepada orang pintar untuk disembuhkan. Dalam proses penyembuhannya orang pintar atau paranormal menggunakan sebuah keranjang dan mangkok khusus untuk tempat ramuan-ramuan obat. Oleh karena itu tarian ini menggambarkan bagaimana orang pintar atau paranormal tersebut menyembuhkan orang yang sakit.
Tari Tongkat 
 Beberapa tahun yang lalu masyarakat Karo masih mempercayai adanya kekuatan gaib dan roh halus. Dalam beberapa kegiatan kebudayaan, manusia yang memiliki ilmu gaib masih berperan penting untuk berhubungan dengan roh-roh halus. Tari Tongkat ini menggambarkan bagaimana manusia yang memiliki ilmu gaib ini mengusir roh-roh jahat yang masuk ke suatu tempat di pedesaan. Manusia tersebut menggunakan sebuah tongkat khusus yang disebut tongkat malaikat dan tongkat panaluan.
 
 
TORTOR MANDAILING
Kesenian tradisional tari Tor-tor merupakan sebuah hajatan atau penyambutan yang biasa dilakukan oleh suku Mandailing (Batak), Sumatra Utara untuk para tamu yang dihormati. Tari Tor-tor biasanya diiringi dengan sajian alat musik gondang 9.
Pada masa kolonial, kesenian ini menjadi hiburan para raja dan sebagai bentuk perlawanan terhadap serdadu Belanda. Ada bunyi tertentu yang ditabuh, menandakan kedatangan serdadu Belanda. Ketika gondang dibunyikan, masyarakat diminta mengungsi.
Suku Mandailing pun berbeda-beda dalam menyebut alat musik gondang. Mandailing yang bermukim di wilayah Angkola, Sidimpuan, Tapanuli Selatan, mengenal dengan sebutan gondang 2. Sebelumnya disebut gondang 7 di tiga wilayah itu. Hanya di Mandailing Natal yang sebutannya tetap sampai sekarang, gondang 9.
Adanya perubahan sebutan gondang 7 menjadi gondang 2 karena kesenian budaya ini sempat dilarang pada masa penjajahan. Mengingat sering digunakan sebagai bentuk perlawanan terhadap kompeni
Dari asal usul tari Tor-tor dan alat musik gondang 9 diatas tergambar dengan jelas bahwa kesenian ini adalah 100% milik bangsa Indonesia. Untuk itu kita sebagai warna negara Indonesia sudah sepatutnya untuk terut serta mebudidayakan tari Tor-tor, dan juga menjaganya agar tidak diambil oleh negara lain. Pepatah bijak mengatakan "Sesuatau baru akan terasa sangat berharga jika itu sudah hilang dari genggaman kita".
 
TOR TOR
Tortor Batak kini menyedot perhatian masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Batak. Berbagai komentar di situs jejaring sosial seperti facebook dan twitter sangat ramai dan menunjukkan kegeraman yang ditujukan ke negeri jiran Malaysia.
Hal ini berawal dari berita di Bernama.com yang mengatakan bahwa Menteri Penerangan Komunikasi dan Kebudayaan Malaysia, Datuk Seri Dr Rais Yatim Tari akan mendaftarkan tarian tortor dan gordang sembilan dalam warisan budaya nasional Malaysia. Kedua kesenian itu akan didaftarkan dalam Seksyen 67 sebagai Akta Warisan Kebangsaan 2005. Rais menyampaikan rencana itu saat gathering masyarakat Mandailing di Malaysia.
Pernyataan Rais itu langsung memicu reaksi keras masyarakat Indonesia apalagi selama ini Malaysia sudah banyak mengklaim warisan budaya Indonesia sebagai miliknya. Mampukah Malaysia mengklaim tortor ini yang jelas-jelasnya milik suku Batak dan tidak mudah melakonkannya?
Untuk lebih memahami tortor dan segala aspek yang berhubungan dengannya, mari kita simak sekilas sejarah tortor berikut.
Menurut sejarah, awalnya tari tortor dilakukan saat acara ritual yang berhubungan dengan roh. Roh tersebut dipanggil dan “masuk” ke patung-patung batu (merupakan simbol dari leluhur), lalu patung tersebut bergerak seperti menari. Banyak jenis tortor yang digunakan etnis batak dalam setiap acara yang dilakukan. Ada yang dinamakan tortor Pangurason (tari pembersihan). Tari ini biasanya digelar pada saat pesta besar dimana terlebih dahulu tempat dan lokasi pesta dibersihkan sebelum pesta dimulai agar jauh dari mara bahaya dengan menggunakan jeruk purut. Ada juga tortor Sipitu Cawan (Tari tujuh cawan). Tari ini biasa digelar pada saat pengukuhan seorang raja. Tari ini juga berasal dari 7 putri kayangan yang mandi disebuah telaga di puncak gunung pusuk buhit bersamaan dengan datangnya piso sipitu sasarung (Pisau tujuh sarung). Kemudian ada tortor Tunggal Panaluan yang biasanya digelar apabila suatu desa dilanda musibah, maka tunggal panaluan ditarikan oleh para dukun untuk mendapat petunjuk mengatasi musibah tersebut. Ada lagi tortor sigale-gale yang dilakonkan sebuah patung kayu yang menggambarkan rasa cinta seorang raja terhadap anak tunggalnya yang meninggal akibat serangan penyakit yang tidak bisa disembuhkan.
Dalam manortor (menari) secara umum menggambarkan permohonan kepada roh-roh leluhur agar diberi keselamatan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan rezeki yang berlimpah. Saat manortor banyak pantangan yang tidak diperbolehkan, seperti tangan sipenari tidak boleh melewati batas setinggi bahu keatas, bila itu dilakukan berarti sipenari sudah siap menantang siapapun dalam bidang ilmu perdukunan, atau adu pencak silat, atau adu tenaga batin dan lain lain.
Didalam manortor (menari) orang Batak selalu menggunakan Ulos dan alat musik ( gondang ) yang terdiri dari ogung sabangunan yang terdiri dari 4 ogung. Kalau kurang dari empat maka dianggap tidak lengkap. Akan lebih lengkap lagi kalau ditambah dengan alat kelima yang dinamakan Hesek. Kemudian Tagading yang terdiri dari 5 buah, dan Sarune (sarunai harus memiliki 5 lobang diatas dan satu dibawah).
Tortor biasanya didahului dengan Gondang Mula-mula, Gondang Somba, Gondang Mangaliat, Gondang Simonang-monang, Gondang Sibungajambu, Gondang Marhusip, dan seterusnya yang diakhiri dengan Gondang Hasahatan Sitio-tio.
Secara garis besar, terdapat empat gerakan dalam tortor. Pertama adalah Pangurdot, gerakan yang dilakukan kaki, tumit sampai bahu. Kedua adalah Pangeal, merupakan gerakan yang dilakukan pinggang, tulang punggung sampai bahu/sasap. Ketiga adalah Pandenggal, yakni gerakan tangan, telapak tangan dan jari-jarinya. Gerakan keempat adalah Siangkupna yakni menggerakan bagian leher.
Dalam acara tortor biasanya harus ada orang yang menjadi pemimpin kelompok tortor dan pengatur acara (peminta gondang) yang berkemampuan untuk memahami urutan gondang dan jalinan kata-kata serta umpasa dalam meminta gondang.
Saat ini makna dan tujuan tortor semakin berkembang. Tortor sudah tidak lagi diasumsikan lekat dengan dunia roh. Tortor menjadi sebuah budaya dan seni yang sudah dikenal masyarakat dunia sebagai budaya tanah air. Tortor yang dilakukan saat ini mencakup pesta adat perkawinan, pesta peresmian rumah parsattian, pesta tugu, pesta membentuk huta/perkampungan, bahkan kalangan pemuda menggelar "pesta naposo"sebagai ajang hiburan dan perkenalan (mencari jodoh). Pesta Naposo, di beberapa daerah disebut juga pesta rondang bulan (Samosir), pesta rondang bintang (Simalungun).
Dalam rangka rangka pelestarian seni budaya, tortor sudah sering diperlombakan dalam bentuk festival tortor. Bahkan dalam setiap acara perayaan Hari Kemerdekaan 17 Agustus, berbagai kecamatan di wilayah Silindung, Humbang I, Humbang II, Toba dan Samosir menggelar Festival Tortor Tingkat Kabupaten, dan selanjutnya juara-juara menjadi peserta pada Festival tortor di tingkat Propinsi.
Tarian budaya suku Batak ini sudah seringkali muncul di televisi sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia. Hampir setiap turis asing yang telah mengunjungi Sumatera Utara, telah mengenal tortor dan mereka sering ikut manortor. Apalagi jika ada acara-acara resmi yang dilakukan pemerintah untuk menyambut para wisatawan asing, tortor digunakan sebagai hiburan dalam menyambut mereka.
Perkembangan selanjutnya hingga memasuki abad modern, masyarakat Batak membawa seni budaya ini ke tanah perantauan di luar Tapanuli hingga ke luar negeri yang memberi hiburan ke masyarakat dunia dan menjadi simbol etnis Batak.
Bagaimanapun juga, tortor Batak adalah identitas seni budaya Indonesia yang harus dilestarikan dan tidak lenyap oleh perkembangan zaman dan peradaban manusia. Dalam tortor Batak terdapat nilai-nilai etika, moral dan budi pekerti yang perlu ditanamkan kepada generasi muda. HORAS..
 
TARI SERAMPANG DUA BELAS

Tari Serampang Duabelas merupakan kesenian tari tradisional yang berasal dari Melayu. Waktu itu berkembang di bawah Kesultanan Serdang. Tarian Serampang Dua Belas diciptakan oleh Sauti pada tahun 1940-an dan digubah ulang oleh penciptanya antara tahun 1950-1960. Sebelum bernama Serampang Duabelas, tarian ini bernama Tari Pulau Sari, sesuai dengan judul lagu yang mengiringi tarian ini, yaitu lagu Pulau Sari.
Mengapa Tari Pulau Sari diganti dengan nama tari Serampang Dua belas.Inilah alasannya :
• Nama Pulau Sari kurang tepat karena tarian ini bertempo cepat (quick step). Menurut Tengku Mira Sinar, nama tarian yang diawali kata “pulau” biasanya bertempo rumba, seperti Tari Pulau Kampai dan Tari Pulau Putri. Sedangkan Tari Serampang Duabelas memiliki gerakan bertempo cepat seperti Tari Serampang Laut. Berdasarkan hal tersebut, Tari Pulau Sari lebih tepat disebut Tari Serampang Duabelas. Nama duabelas sendiri berarti tarian dengan gerakan tercepat di antara lagu yang bernama serampang .
• Penamaan Tari Serampang Duabelas merujuk pada ragam gerak tarinya yang berjumlah 12, yaitu: pertemuan pertama, cinta meresap, memendam cinta, menggila mabuk kepayang, isyarat tanda cinta, balasan isyarat, menduga, masih belum percaya, jawaban, pinang-meminang, mengantar pengantin, dan pertemuan kasih. Penjelasan tentang ragam gerak Tari Serampang Duabelas akan dibahas kemudian.
Menurut Tengku Mira Sinar, Asal usul tari Serampang Dua Belas merupakan hasil perpaduan gerak antara tarian Portugis dan Melayu Serdang. Pengaruh Portugis tersebut dapat dilihat pada keindahan gerak tarinya dan kedinamisan irama musik pengiringnya.
Asal usul tari Serampang Dua Belas berkisah tentang cinta suci dua anak manusia yang muncul sejak pandangan pertama dan diakhiri dengan pernikahan yang direstui oleh kedua orang tua sang dara dan teruna. Oleh karena menceritakan proses bertemunya dua hati tersebut, maka tarian ini biasanya dimainkan secara berpasangan, laki-laki dan perempuan. Namun demikian, pada awal perkembangannya tarian ini hanya dibawakan oleh laki-laki karena kondisi masyarakat pada waktu itu melarang perempuan tampil di depan umum, apalagi memperlihatkan lenggak-lenggok tubuhnya.
 

Selasa, 25 Maret 2014

Rumah Adat Sumatera Utara

RUMAH BOLON
Rumah Adat Batak Toba disebut Rumah Bolon, yang memiliki bangunan empat persegi panjang yang kadang-kadang ditempati oleh 5 sampai 6 keluarga. Memasuki Rumah Bolon ini harus menaiki tangga yang terletak di tengah-tengah rumah, dengan jumlah anak tangga yang ganjil. Bila orang hendak masuk rumah tersebut, harus menundukkan kepala agar tidak terbentur pada balok yang melintang. Hal ini diartikan tamu harus menghormati si pemilik rumah.


Lantai rumah adat batak ini kadang-kadang sampai 1,75m di atas tanah dan bagian bawah dipergunakan untuk memelihara hewan, seperti babi, ayam, dan sebagainya. Pintu masuk rumah adat ini, dahulunya memiliki 2 macam daun pintu yaitu daun pintu yang horizontal dan vertikal, tapi sekarang daun pintu yang horizontal tak dipakai lagi. Ruangan dalam rumah adat merupakan ruangan terbuka tanpa kamar-kamar, walaupun bersamaan disitu lebih dari satu keluarga, tapi bukan berarti tidak ada pembagian ruangan. Karena dalam rumah adat ini pembagian ruangan dibatasi oleh adat mereka yang kuat

Ruangan di belakang sudut sebelah kanan dinamakan jabu bong, yang ditempati oleh kepala rumah atau porjabu bong, dengan isteri dan anak-anak yang masih kecil. Namun di sudut kiri berhadapan dengan Jabu bong dinamakan Jabu Soding, yang dikhususkan untuk anak perempuan yang telah menikah tapi belum mempunyai rumah sendiri. Sedangkan untuk sudut kiri depan dinamakan Jabu Suhat, diperuntukkan bagi anak laki-laki tertua yang sudah nikah dan di seberangnya disebut Tampar Piring diperuntukkan bagi tamu.


Jika keluarga besar maka diadakan tempat di antara dua ruang atau jabu yang berdempetan, sehingga ruangan bertambah dua lagi dan ruangan ini disebut Jabu Tonga-ronga ni jabu rona. Walaupun rumah tersebut berdempetan, tiap keluarga mempunyai dapur sendiri yang terletak di belakang rumah, berupa bangunan tambahan. Dan di antara dua deretan ruangan yakni di tengah-tengah rumah merupakan daerah netral yang disebut telaga dan berfungsi sebagai tempat bermusyawarah.


Rumah adat Batak Toba berdasarkan fungsinya dapat dibedakan ke dalam rumah yang digunakan untuk tempat tinggal keluarga disebut ruma, dan rumah yang digunakan sebagai tempat penyimpanan (lumbung) disebut Sopo. Bahan-bahan bangunan terdiri dari kayu dengan tiang-tiang yang besar dan kokoh. Dinding dari papan atau tepas, lantai juga dari papan sedangkan atap dari ijuk atau daun rumbiah. Tipe khas rumah adat Batak Toba adalah bentuk atapnya yang melengkung dan pada ujung atap sebelah depan.

Kamis, 20 Maret 2014

Alat Musik Tradisional Sumatera Utara





Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang menjadi kebanggaan di Indonesia karena di sanalah terdapat salah satu Danau terbesar di Asia Tenggara.  Selain itu Sumatera Utara juga memiliki keragaman budaya dan suku bangsa. Diantara beberapa suku yang ada di wilayah Sumatera Utara adalah :

  • Suku Melayu 
  • Suku Toba 
  • Suku Mandailing 
  • Suku Karo 
  • Suku Simalungun 
  • Suku Pak Pak 
  • Suku Dairi 
  • Suku Pesisir Angkola 
  • Suku Nias 
  • Suku Jawa 
  • Dan lain-lain
Umumnya alat musik tradisional yang ada di Provinsi Sumatera utara masih dilestarikan dan digunakan dalam berbagai perayaan adat di sana. Akan tetapi biasanya perayaan adat masih terasa kental di bagian pedesaan dibanding perkotaannya. Berikit ini adalah penjelasan dari masing-masing alat musik tradisional di atas.

1. Panggora


http://www.mahasiswabatak.com

Panggora juga adalah satu buah gong yang berpencu yang dimainkan oleh satu orang. Bunyi dari gung ini adalah ‘pok’. Bunyi ini timbul adalah karena gong ini dimainkan dengan memukul pencunya dengan stick sambil berdiri dan sisi gong tersebut dimute (diredam) dengan tangan. Gong ini adalah gong yang paling besar dinatara keempat gong yang ada. Ukurannya adalah garis menengah 37 cm, tinggi (tebal) 6 cm dan diameter pencunya lebih kurang 13 cm.

2. Gordang


Gordang (http://alatmusikindonesiatradisional.blogspot.com)

Berbeda dengan Panggora, jika Panggora bentuknya seperti gong, sedangkan Gordang ini bentuknya seperti gendang jawa yang dimainkan pada acara-acara musik gamelan. Gordang ini terbuat dari kayu dan dimainkan dengan cara dipukul.

3. Doli-doli


Doli-doli (http://tiyaspratama7.blogspot.com)

Doli-doli adalah alat musik yang terbuat dari 4 bilah kayu yang dimainkan dengan cara ditiup. Alat musik tradisional Sumatera Utara jenis ini banyak dijumpai di daerah Nias.

4. Druni Dana


Druni Dana (http://mirnarizki37.blogspot.com)

Druni dana juga berasal dari pulau Nias. Kalau Doli-doli terbuat dari kayu, Druni Dana ini terbuat dari bambu yang dibentuk sedemikian rupa sampai hampir menyerupai garpu tala.

5. Faritia


Faritia (http://culturalisland.blogspot.com)

Faritia ini mirip sekali dengan gong, terbuat dari logam atau perunggu. Hanya saja ukurannya lebih kecil dibanding gong pada umumnya. Cara memainkannya juga sama seperti gong, yaitu dipukul dan memiliki bunyi yang khas.

6. Gonrang


Gonrang (http://pindobirds.com)

Gonrang ini hampir sama dengan Gordang yaitu alat musik tradisional Sumatera Utara yang mirip dengan gendang. Banyak dijumpai di daerah Kabupaten Simalungun di Sumatera Utara.

7. Hapetan


Hapetan (Kulcapi Karo) - http://ahmadfadilah55.blogspot.com

Alat musik yang satu ini khas dari daerah Tapanuli. Cara memainkannya dengan cara dipetik, hampir mirip dengan kecapi. Mungkin menurut sebagian anda tentang alat-alat musik tradisional Sumatera Utara di atas agak sedikit memiliki nama-nama yang aneh, bukan? Namun memang itulah yang turut menjadi bagian dari keragamaan budaya bangsa kita. Dan sebenarnya masih ada beberapa alat musik tradisional Sumatera Utara yang tidak kami tulis dalam artikel ini. Mudah-mudahan di lain waktu kami bisa menambahkan lagi informasi tentang alat-alat musik tradisional khususnya yang berasal dari daerah Sumatera Utara.

Selasa, 18 Maret 2014

Musik Tradisional Sumatera Utara

MUSIK SUMATERA UTARA

Pengantar

Musik adalah salah satu hasil dari proses kebudayaan manusia dalam bentuk bunyi-bunyian yang memiliki unsur-unsur melodi, irama dan tempo. Selain itu musik juga merupakan gambaran dari kehidupan sosial masyarakat pemilik budaya tersebut yang dapat disaksikan dan didengarkan dari hasil karya para pemusik tradisional yang diturunkan secara turun-temurun dan tersosialisaikan dalam kehidupan masyarakat yang berkembang sesuai dengan perkembangan jaman.

Musik tradisi Batak Toba memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri.
*polymelodi
 

Polymelodi artinya bahwa instrumen musik yang terdapat di dalam musik tradisi Batak Toba semuanya membawakan melodi utama (hanya instrumen melodis)
Pembagian Ensambel Musik Tradisi Batak Toba Secara gambaran umum ensambel musik tradisi Batak Toba dapat di bagi menjadi dua bagian besar, yaitu:   *Ensambel Gondang Sabangunan   *Ensambel Gondang Hasapi   Dari ke dua ensambel di atas yang paling besar dan sering digunakan untuk acara-acara besar adat Batak Toba adalah Gondang Sabangunan.

Ensambel Gondang Sabangunan

Adapun bentuk penyajian dan instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut:
  
Sarune Bolon yang berfungsi sebagai pembawa melodi utama sesuai dengan   gaya dan ciri khas alat musik tersebut.
SARUNEI BOLON
Taganing dan gordang sebagai pembawa melodi yang sifatnya lebih ritmis meningkahi (menjahit) permainan dari Sarune (Melodi utama}.
TAGANING
Ogung yang terdiri atas (Oloan-Ihutan-Panggora-Doal) yang berfungsi sebagai pembawa tempo dan pengatur gerakan kaki pada tor-tor (tarian tradisional Batak Toba). 
OGUNG


Hesek, sebagai ketukan dasar yang harus didengar oleh seluruh pemusik (pargonsi) sehingga ensambel Gondang Sabanguna menjadi harmonis.
Alat musik yang dipergunakan di dalam penyajian Gondang Hasapi hampir sama dengan Gondang Sabangunan akan tetapi memiliki perbedaan, yaitu sebagai berikut :
Alat musik leader Sarune Etek (bentuknya lebih pendek sekitar 1 1/2 jengkal jari tangan} sebagai pembawa melodi utama sesuai dengan gaya dan ciri khas alat musik tersebut).
Alat musik pendamping leader Sulim (sejenis seruling dari bambu) juga memainkan melodi utama sesuai dengan gaya dan ciri khas alat musik tersebut).

Rabu, 12 Maret 2014

Daftar Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

Daftar kabupaten/kota di Sumatera Utara

No. Kabupaten/Kota Ibu kota Bupati/Walikota
1 Kabupaten Asahan Kisaran Taufan Gama Simatupang
2 Kabupaten Batubara Limapuluh OK Arya Zulkarnaen
3 Kabupaten Dairi Sidikalang Johnny Sitohang Adinegoro
4 Kabupaten Deli Serdang Lubuk Pakam Amri Tambunan
5 Kabupaten Humbang Hasundutan Dolok Sanggul Maddin Sihombing
6 Kabupaten Karo Kabanjahe Kena Ukur Karo Jambi Surbakti
7 Kabupaten Labuhanbatu Rantau Prapat Tigor Panusunan Siregar
8 Kabupaten Labuhanbatu Selatan Kota Pinang Wildan Aswan Tanjung
9 Kabupaten Labuhanbatu Utara Aek Kanopan Khairuddin Syah Sitorus
10 Kabupaten Langkat Stabat Ngogesa Sitepu
11 Kabupaten Mandailing Natal Panyabungan Hidayat Batubara
12 Kabupaten Nias Gunung Sitoli Sokhiatullo Laoli
13 Kabupaten Nias Barat Lahomi A Aroziduhu Gulo
14 Kabupaten Nias Selatan Teluk Dalam Idealisman Dachi
15 Kabupaten Nias Utara Lotu Edward Zega
16 Kabupaten Padang Lawas Sibuhuan Ali Sutan Harahap
17 Kabupaten Padang Lawas Utara Gunung Tua Bachrum Harahap
18 Kabupaten Pakpak Bharat Salak Remigo Yolando Berutu
19 Kabupaten Samosir Pangururan Mangindar Simbolon
20 Kabupaten Serdang Bedagai Sei Rampah Soekirman
21 Kabupaten Simalungun Raya Jopinus Ramli Saragih
22 Kabupaten Tapanuli Selatan Sipirok Syahrul M Pasaribu
23 Kabupaten Tapanuli Tengah Pandan Raja Bonaran Situmeang
24 Kabupaten Tapanuli Utara Tarutung Torang Lumbantobing
25 Kabupaten Toba Samosir Balige Pandapotan Kasmin Simanjuntak
26 Kota Binjai Binjai Kota M Idaham
27 Kota Gunungsitoli - Martinus Lase
28 Kota Medan - Dzulmi Eldin (Plt.)
29 Kota Padangsidempuan - Andar Amin Harahap
30 Kota Pematangsiantar - Hulman Sitorus
31 Kota Sibolga - Syarfi Hutahuruk
32 Kota Tanjungbalai - Thamrin Munthe
33 Kota Tebing Tinggi - Umar Zunaidi Hasibuan

Pusat pemerintahan Sumatera Utara terletak di kota Medan. Sebelumnya, Sumatera Utara termasuk ke dalam Provinsi Sumatra sesaat Indonesia merdeka pada tahun 1945. Tahun 1950, Provinsi Sumatera Utara dibentuk yang meliputi eks karesidenan Sumatera Timur, Tapanuli, dan Aceh. Tahun 1956, Aceh memisahkan diri menjadi Daerah Istimewa Aceh.
Sumatera Utara dibagi kepada 25 kabupaten, 8 kota (dahulu kotamadya), 325 kecamatan, dan 5.456 kelurahan/desa.

Pemekaran daerah

Dengan dimekarkannya kembali Kabupaten Tapanuli Selatan, maka provinsi ini memiliki kabupaten baru, yaitu Kabupaten Padang Lawas yang beribukota di Sibuhuan dengan dasar hukum UURI No. 38/2007 dan Kabupaten Padang Lawas Utara yang beribukota di Gunung Tua dengan dasar hukum UURI No. 37/2007. [5][6]
Pulau Nias diwacanakan akan dimekarkan kembali, yaitu dengan membentuk Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, dan Kota Gunung Sitoli[7]

Senin, 10 Maret 2014

Georafi dan Batas Wilayah Sumatera Utara

Geografi

Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur Timur, Luas daratan Provinsi Sumatera Utara 72.981,23 km².
Sumatera Utara pada dasarnya dapat dibagi atas:
  • Pesisir Timur
  • Pegunungan Bukit Barisan
  • Pesisir Barat
  • Kepulauan Nias
Pesisir timur merupakan wilayah di dalam provinsi yang paling pesat perkembangannya karena persyaratan infrastruktur yang relatif lebih lengkap daripada wilayah lainnya. Wilayah pesisir timur juga merupakan wilayah yang relatif padat konsentrasi penduduknya dibandingkan wilayah lainnya. Pada masa kolonial Hindia-Belanda, wilayah ini termasuk residentie Sumatra's Oostkust bersama provinsi Riau.
Di wilayah tengah provinsi berjajar Pegunungan Bukit Barisan. Di pegunungan ini terdapat beberapa wilayah yang menjadi kantong-kantong konsentrasi penduduk. Daerah di sekitar Danau Toba dan Pulau Samosir, merupakan daerah padat penduduk yang menggantungkan hidupnya kepada danau ini.
Pesisir barat merupakan wilayah yang cukup sempit, dengan komposisi penduduk yang terdiri dari masyarakat Batak, Minangkabau, dan Aceh. Namun secara kultur dan etnolinguistik, wilayah ini masuk ke dalam budaya dan Bahasa Minangkabau.[4]

Batas wilayah

Utara Provinsi Aceh dan Selat Malaka
Selatan Provinsi Riau, Provinsi Sumatera Barat, dan Samudera Indonesia
Barat Provinsi Aceh dan Samudera Indonesia
Timur Selat Malaka
Terdapat 419 pulau di propisi Sumatera Utara. Pulau-pulau terluar adalah pulau Simuk (kepulauan Nias), dan pulau Berhala di selat Sumatera (Malaka).
Kepulauan Nias terdiri dari pulau Nias sebagai pulau utama dan pulau-pulau kecil lain di sekitarnya. Kepulauan Nias terletak di lepas pantai pesisir barat di Samudera Hindia. Pusat pemerintahan terletak di Gunung Sitoli.
Kepulauan Batu terdiri dari 51 pulau dengan 4 pulau besar: Sibuasi, Pini, Tanahbala, Tanahmasa. Pusat pemerintahan di Pulautelo di pulau Sibuasi. Kepulauan Batu terletak di tenggara kepulauan Nias.
Pulau-pulau lain di Sumatera Utara: Imanna, Pasu, Bawa, Hamutaia, Batumakalele, Lego, Masa, Bau, Simaleh, Makole, Jake, dan Sigata, Wunga.
Di Sumatera Utara saat ini terdapat dua taman nasional, yakni Taman Nasional Gunung Leuser dan Taman Nasional Batang Gadis. Menurut Keputusan Menteri Kehutanan, Nomor 44 Tahun 2005, luas hutan di Sumatera Utara saat ini 3.742.120 hektare (ha). Yang terdiri dari Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam seluas 477.070 ha, Hutan Lindung 1.297.330 ha, Hutan Produksi Terbatas 879.270 ha, Hutan Produksi Tetap 1.035.690 ha dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi seluas 52.760 ha.

Namun angka ini sifatnya secara de jure saja. Sebab secara de facto, hutan yang ada tidak seluas itu lagi. Terjadi banyak kerusakan akibat perambahan dan pembalakan liar. Sejauh ini, sudah 206.000 ha lebih hutan di Sumut telah mengalami perubahan fungsi. Telah berubah menjadi lahan perkebunan, transmigrasi. Dari luas tersebut, sebanyak 163.000 ha untuk areal perkebunan dan 42.900 ha untuk areal transmigrasi.